Sejak Tahun 1978 telah disadari bahwa kegiatan pariwisata harus dapat dimanfaatkan untuk pembangunan. Pembangunan kepariwisataan sebagai bagian dari pembangunan Nasional mempunyai tujuan antara lain memperluas kesempatan berusaha dan lapangan kerja. Sejalan dengan tahap-tahap pembangunan nasional, pelaksanaan pembangunan kepariwisataan nasional dilaksanakan secara menyeluruh, berimbang, bertahap, dan berkesinambungan.
Nampak jelas bahwa pembangunan di bidang kepariwisataan mempunyai tujuan akhir untuk meningkatkan pendapatan masyarakat yang pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Mengingat pentingnya pembangunan di bidang kepariwisataan tersebut, maka dalam penyelenggaraannya harus berdasarkan asas-asas manfaat, usaha bersama, kekeluargaan, adil, merata, peri kehidupan dalam keseimbangan dan kepercayaan pada diri sendiri. Pariwisata termasuk dalam program pembangunan nasional di Indonesia sebagai salah satu sektor pembangunan ekonomi. Oleh karena itu, pembangunan pariwisata di Indonesia perlu ditingkatkan. Melalui pariwisata pemerintah berusaha untuk menambah penghasilan atau devisa negara, terutama dengan masuknya wisatawan mancanegara.
Pariwisata merupakan sub sektor pembangunan yang mampu memacu pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam hal kesempatan kerja, pendapatan, taraf hidup, dan dalam mengaktifkan sektor lain di dalam negara penerima wisatawan. Di samping itu pariwisata sebagai suatu sektor yang kompleks, mampu menghidupkan sektor-sektor lain meliputi industri-industri seperti industri kerajinan tangan, industri cinderamata, penginapan, dan transportasi. Disebutkan pula bahwa pariwisata sebagai industri jasa yang digolongkan sebagai industri ke tiga cukup berperan penting dalam menetapkan kebijaksanaan mengenai kesempatan kerja, dengan alasan semakin mendesaknya tuntutan akan kesempatan kerja yang tetap sehubungan dengan selalu meningkatnya wisata pada masa yang akan datang.
Sejak tahun 1978 pemerintah terus berusaha untuk mengembangkan kepariwisataan. Hal ini dituangkan dalam TAP MPR No IV/MPR/1978, yaitu bahwa pariwisata perlu ditingkatkan dan diperluas untuk meningkatkan penerimaan devisa, memperluas lapangan kerja, dan memperkenalkan kebudayaan. Pembinaan serta pengembangan pariwisata dilakukan dengan tetap memperhatikan terpeliharanya kebudayaan dan kepribadian nasional. Untuk itu perlu diambil langkah-langkah dan pengaturan-pengaturan yang lebih terarah berdasarkan kebijaksanaan yang terpadu, antara lain bidang promosi, penyediaan fasilitas serta mutu, dan kelancaran pelayanan.
Pengembangan pariwisata yang telah dilakukan baik oleh pemerintah maupun swasta telah meningkatkan jumlah kedatangan wisatawan dari satu daerah ke daerah lain. Kunjungan wisatawan akan merangsang interaksi sosial dengan penduduk di sekitar tempat wisata dan merangsang tanggapan masyarakat sekitarnya sesuai dengan kemampuan mereka dalam beradaptasi baik di bidang perekonomian, kemasyarakatan maupun kebudayaan mereka.
Aceh memiliki potensi pariwisata yang sangat menarik yang didukung beragam kekayaan sumber daya alam dan seni budaya daerah. Letak yang sangat strategis dan berada pada kawasan Selat Malaka yang merupakan salah satu jalur pelayaran Internasional sudah seharusnya menjadi peluang bagi Aceh untuk mendukung pengembangan wisata unggulan internasional di kawasan paling barat Indonesia.
Aceh memiliki sekitar 836 buah objek wisata yang telah terdata dan telah dikembangkan, namun masih memerlukan penataan dan pengembangan lebih lanjut. Objek wisata tersebut terdiri dari 453 objek wisata alam, 284 objek wisata budaya dan 99 objek wisata minat khusus yang tersebar di seluruh Aceh. Sementara Aceh Timur memiliki 34 objek wisata. Semua objek wisata tersebut memiliki nilai jual dan daya tarik tersendiri bagi wisatawan dalam Negeri dan luar Negeri. Pemerintah Aceh melalui pengalokasian dana tersebut diharapkan dapat melakukan percepatan pembangunan pada berbagai sektor, salah satunya pengembangan subsektor kepariwisataan di Aceh (http/www.Aceh prov go.id: 2009)
Akibat terjadinya berbagai permasalahan dan pengelolaan yang keliru (mismanagement) pada masa lalu, maka telah memberi dampak negatif pada upaya pencapaian keberhasilan pengembangan pariwisata Aceh masa kini. Konflik yang terjadi selama hampir 30 tahun, krisis ekonomi yang berkepanjangan, lemahnya kebijakan Pemerintah terhadap pemberdayaan dan pengembangan pariwisata Aceh sebagai sektor unggulan, masih tingginya ketergantungan penerimaan daerah pada sektor minyak dan gas (namun tanpa disadari kontribusi penerimaan sektor minyak dan gas semakin berkurang akibat cadangan yang semakin menurun), lemahnya kesadaran masyarakat untuk ikut memelihara aset-aset pariwisata daerah dan masih lemahnya keikutsertaan pihak swasta terhadap usaha-usaha pengembangan industri pariwisata (http/www.Aceh prov go.id: 2009)
Indikasi kemunduran pariwisata Aceh dapat dirasakan penurunan jumlah wisatawan nusantara dan mancanegara yang berkunjung ke Aceh selama lima tahun terakhir (1999-2003). Terjadinya penurunan kunjungan wisatawan tersebut menunjukkan bahwa kondisi pariwisata Aceh secara umum belum memberikan dampak positif dalam upaya menciptakan pemberdayaan ekonomi masyarakat, menciptakan lapangan pekerjaan dan mengentaskan kemiskinan, bila dibandingkan dengan daerah-daerah tujuan wisata unggulan lainnya di Indonesia, seperti Sumatera Utara, Bali, Jogya, Batam, Sulawesi, dan lain-lain. (http/www.Aceh prov go.id: 2009)
Potensi Aceh dalam sektor pariwisata khususnya menyangkut obyek wisata turut serta menyumbang Pendapatan Asli Daerah (PAD) tiap tahunnya. Propinsi ini mempunyai wilayah-wilayah wisata yang potensial dan wisata budaya yang telah dikenal secara nasional.
Pembangunan kepariwisataan harus dilakukan secara menyeluruh dan terpadu dengan sektor-sektor pembangunan lainnya melalui usaha-usaha kepariwisataan yang kecil, menengah dan besar. Peranan pemerintah lebih diarahkan untuk mendorong peranan swasta dalam usaha menciptakan produk wisata. Berkembangnya peranan swasta akan memajukan pariwisata di Aceh. Kabupaten Aceh Timur merupakan salah satu wilayah di Propinsi Aceh yang memiliki potensi wisata yang bagus. Di Kabupaten Aceh Timur terdapat beberapa obyek wisata yang tersebar di seluruh wilayahnya. Salah satu obyek wisata Spiritual di Kabupaten Aceh Timur adalah Kubu Aneuk Lhee yang terletak di Desa Paya Gaja Kecamatan Perlak Barat. Lokasi obyek wisata ini sangat strategis, yaitu terletak di dekat jalur jalan raya, sehingga memudahkan akses wisatawan yang ingin berkunjung ke sana. Kubu Aneuk Lhee adalah obyek wisata Spiritual Leliji banyak masyarakat yang berziarah ke makam ini sekaligus ada yang menunaikan hajatnya.
Sesuai dengan catatan Mukhtaruddin Bendahara Asppi Aceh Timur , 20 Januari 2013 Aceh Timur merupakan salah satu daerah di Provinsi Aceh sebagai daerah syariat Islam, Syariat Islam merupakan sesuatu yang universal. Hal ini tentu saja mencakup pada sektor pariwisata. konsep kepariwisataan yang Islami di dipandang khas, karena menuntut adanya penyesuaian dengan konteks pelaksanaan syariat Islam. Konsep ini terkait dengan harapan agar daerah wisata di Aceh Timur terhindar dari alkohol, judi, diskotik, zina, dan tersedianya makanan dijamin halal, memakai busana Islami, serta pemisahan laki-laki dan perempuan pada area sort dan fitness, tersedia mushalla disetiap lokasi wisata, pengelolaan wisata yang di biayai dengan sistem syariat, atraksi Islami, membentuk masyarakat pariwisata Islami, pusat makanan dan restoran yang memiliki kepastian halal, kerajinan cendera mata yang Islami, dan sebagainya.
Pemahaman wisata dalam Islam adalah safar untuk merenungi keindahan ciptaan Allah Ta’la, menikmati indahnya alam sebagai pendorong jiwa manusia untuk menguatkan keimanan terhadap keesaan Allah dan memotivasi menunaikan kewajiban hidup. Karena refresing jiwa perlu untuk memulai semangat kerja baru dan berjalan serta pergi ke beberapa tempat untuk melihat berbagai peninggalan sebagai nasehat, pelajaran dan manfaat lainnya
Tempat-tempat wisata di Aceh Timur , harus sesuai dengan lebel dan jati diri sebagai daerah syariat. karena dari begitu banyaknya tempat wisata di Aceh Timur , harus memiliki fasilitas shalat yang bersih dan nyaman, sampai juga pada WC yang bersih. Sehingga terkesan bahwa ditempat wisata shalat menjadi prioritas utama untuk dilaksanakan.
Sebagaimana dimaklumi bahwa Kabupaten Aceh Timur merupakan salah satu daerah di Propinsi Aceh yang memiliki kesuburan dan keindahan alam, kekayaan seni budaya serta sejarah kerajaan islam, Obyek wisata alam dan sumber air yang ada di beberapa tempat merupakan modal dasar yang tidak dapat dipisahkan dari nilai-nilai tradisi dan budaya yang telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat yang bercorak agraris. Sehingga praktis obyek pariwisata yang ada di Kabupaten Aceh Timur kebanyakan merupakan Objek Wisata Alam dan Wisata Reliji. Kabupaten Aceh Timur menjadi terkenal karena peristiwa sejarah kerajaan islam nya Salah satu daerah tujuan wisata di Aceh dan Kabupaten Aceh Timur pada khususnya Banyak potensi yang mendukung pengembangan wisata reliji tersebut.
Tgk Muhammad, seorang wisatawan lokal asal desa paya dua, Kecamatan seunuddon hendak menunaikan hajatnya mengaku prihatin terhadap kurangnya perhatian pemerintah terhadap pengembangan objeck wisata Spiritual ini . Sejarah Kubu aneuk lhee sangat indah dan cukup potensial untuk dijadikan aset ekonomi. Tapi sayang tidak terurus. Seharusnya pemerintah berperan aktif mengelola lokasi wisata spiritual tersebut sehingga bisa membantu ekonomi masayarakat sekitar dan menambah PAD. Informasi lain, menyebutkan, ketua DPC ASPPI Aceh Timur, Masri.SP, beberapa waktu lalu sempat berencana mempromosikan lokasi Kubu aneuk lhee, sekaligus menjadikannya sebagai salah satu kawasan wisata Reliji Islami di Aceh Timur.
by : Mustafa Kamal, SM (Sekretaris ASPPI DPC Aceh Timur)a
0 komentar:
Posting Komentar